Thursday, November 1, 2012

Belajar Dari Sesuatu Yang Pecah

"Praaang..."
Gelas yang jatuh membentur lantai itu pecah, memaksa kopi yang masih hangat keluar dari dalam wadahnya dan berusaha menyatu dengan lantai yang tidak mau menerimanya.
Ketika pecah..gelas yang sebelumnya masih berwujud gelas itu sudah tidak bisa di katakan gelas lagi..tapi sudah menjadi bekas gelas, beling atau lebih ekstrim itu adalah sampah yang harus segera dibersihkan supaya tidak melukai kaki yang menginjaknya.

Gelas yang masih utuh, kalau kita perhatikan lebih mendetail adalah sebuah kumpulan zat terkecil yang berkumpul dan bergabung kedalam bentuk zat yang lebih besar yaitu gelas.
Ketika pecah, sejatinya bukan masalah gelas,bekas gelas atau beling dan sampah. Sejatinya semua itu masalah zat yang terpisah karena sebuah kejadian yang sebelumnya menyatu juga karena sebuah kejadian. Kejadian yang bernama kausalitas, ya sebuah kausalitas memang tidak pernah bisa di lepaskan dari kehidupan selama kehidupan itu ada.

Berkumpulnya suatu molekul, menyatunya suatu zat, membentuk atau dibentuk menjadi sebuah benda, adalah isyarat alam yang mengajarkan kepada kita tentang sebuah hubungan antar sesama yang mempunyai potensi untuk pecah seperti gelas.

Ketika gelas tersebut pecah dan kita berusaha menyatukannya maka akan terbentuk sejarah yang menunjukkan gelas itu pernah pecah.
Ketika gelas tersebut kita daur ulang menjadi benda yang lain, maka setiap molekul yang ada yang akan menyimpan rapat-rapat sejarah pernah terjadinya perpecahan diantara molekul pembentuk gelas, karena faktor luar atau karena faktor dalam.

Menyatukan gelas yang pecah adalah seperti berusaha menyatukan sebuah hubungan manusia yang pecah.
Kita berusaha menyatukan lagi sebuah hubungan dengan bersama-sama mengikhlaskan dan membiarkan sejarah itu ada dan menjadi suatu pelajaran yang indah, karena sejarah memang tidak dapat kita hapus.

Atau kita tidak bisa menerima kenyataan sejarah tersebut kemudian kita berusaha mendaur ulang hubungan itu kedalam bentuk hubungan baru bersama indiividu baru, yang sama-sama mempunyai sejarah masa lalu yang tidak kita ketahui, dan kemungkinan akan dapat kita ketahui di kemudian hari tapi tetap akan menyatu.

Pada saat gelas pecah menjadi beling dan kemudian kita katakan itu adalah sampah, itu ada di alam nyata.
Pada saat hubungan dua manusia  pecah kemudian dikatakan pisah, itu ada dalam dunia nyata dan kuat tertanam di ingatan kita menjadi sebuah sejarah yang selalu terbaca.

Semua yang pecah akan menyatu, jika "sejarah" bukan lagi menjadi masalah. Dalam hal ini masalah ada dalam pikiran manusia yang mencoba mengusik dan mempermasalahkan sejarah dan mencoba memberikan batasan-batasan nilai yang terbentuk atas dasar idealisme.

Ketika ada seseorang bertamu kerumah saya dan saya menyuguhi tamu tersebut dengan minuman di dalam gelas yang mempunyai sejarah pernah mengalami pecah yang di ceritakan melalui sambungan-sambungan dan alur penyatuan pecahan tersebut menggunakan perekat atau lem, ada kemungkinan tamu tersebut akan mempermasalahkan itu dengan dalih etika.

Ketika kita bimbang untuk menentukan keputusan menyatukan lagi hubungan yang sudah pecah, atau tidak menyatukan lagi dan mencoba membentuk hubungan baru bersama orang lain.
Kita sepatutnya bertanya, sehebat apa kita mampu meredam gejolak dendam yang ada dalam perjalanan sejarah?

Semoga bermanfaat

Jasa Ketik Surabaya: Solusi Praktis dan Ekonomis untuk Kebutuhan Dokumen Anda

  Surabaya, sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, memiliki berbagai kebutuhan administratif, baik untuk keperluan bisnis, akademik,...