Lima tahun yang lalu saya pernah menulis, bahwa lidah itu tidak bertulang, ternyata itu salah besar. Bahwa lidah yang sebenarnya adalah memiliki tulang.
Hanya saja jarang yang mengetahui dimana letak tulang yang dapat membuat lidah tidak elastis bin fleksibel alias tidak kaku dalam setiap tarian gerakannya.
Lidah di katakan tidak bertulang karena banyak sekali orang yang mengucapkan dengan lancar perkataan yang menyakiti lawan bicaranya.
Akhir cerita dari setiap kali terjadi kejadian dimana seseorang di sakiti, di cambuki, di pukuli, dengan kata-kata, adalah sebuah kata pemakluman yang sebenarnya sangat memaksakan;
"Yah wajar, namanya lidah tidak bertulang, jadi dia bisa berkata seperti itu,itu hanya khilaf, sabar ya"
Kita memang harus memaklumi dan memberikan apresiasi kepada orang yang mencoba membelai hati kita yang sedang terluka karena sebuah perkataan yang menurut kita; "Keji", "Kejam", "Tidak Berperasaan."
Ujung-ujungnya kita juga harus ikut memaklumi, dan menerima sebuah kenyataan dengan sangat terpaksa, dan tentunya dengan tidak ikhlas harus menerima fakta bahwa; lidah memang tidak bertulang.
Itu semua karena kehebatan kita dalam memaklumi, mencoba memahami, mencoba menerima untuk kemudian memaafkan kesalahan-kesalahan orang lain yang di lakukan kepada kita.
Bukan karena kita tahu bahwa sebenernya lidah itu bertulang. Kalo kita tahu lidah itu bertulang, wah bisa gawat tuh kejadiannya.
Saya tidak sedang memprovokasi anda.
Ingat..saya sedang tidak memprovokasi anda.
Karena pada kenyataannya,lidah memang bertulang. seperti yang saya katakan pada awal tulisan ini, hanya sedikit orang yang mengetahui bahwa lidah itu bertulang.
"Kalau lidah itu bertulang, trus dimana dong letak tulangnya?"
Letak tulang dari lidah kita ada di dua tempat, yaitu di otak dan di hati.
Ketika kita mampu menggunakan otak dan hati, maka lidah akan mempunyai kerangka dan mampu membatasi geraknya,
Ketika kita mampu menggunakan otak dan hati, maka lidah tidak bisa bebas bergerak mengucapkan kata-kata yang ingin kita ucapkan.
Sebenarnya tidak ingin kita ucapkan, hanya saja sangat bernafsu untuk mengucapkan, lebih dari ingin.
Di sini kelemahan dari tulang yang di miliki lidah.
Ketika emosi membakar jiwa, hancurlah kekuatan tulang yang menjadi pembatas gerak lidah kita untuk mengucap.
Ingat:
Ketika kita sedang emosi, maka level kemampuan otak kita ada pada level terendah.
Ketika kita sedang emosi, maka level kemampuan otak kita ada pada level terendah.
Jadi kita tidak mampu menguasai diri dalam mengelola lidah kita agar tetap bertulang.
Untuk menjaga kekuatan dari tulang kita, kita hendaknya selalu menjaga diri agar tidak di kuasai emosi.
Ketika emosi menguasai, hancurlah tulang dari lidah kita.
Dan..
Lidah memang bertulang.
Semoga bermanfaat